Tuesday, July 9, 2013 - 2 Komentar

Suku Tengger , Menjaga Alam Dengan Tradisi



Keindahan Bromo

Udara dingin pegunungan bercampur dengan sinar matahari seolah menyambut pagi di Desa Ngadisari Kecamatan Sukapora Kabupaten Probolinggo. Desa ini masuk dalam kawasan suku Tengger di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang menempati beberapa wilayah di Jawa Timur . Masyarakat Suku Tengger merupakan masyarakan asli yang tinggal dikawasan lereng Gunung Bromo Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Di ketinggian sekitar 2500 meter di atas permukaan laut, konon mereka adalah keturunan langsung dari putra Majapahit Putri Roro Anteng dan Raja Joko Seger yang sekaligus menjadi awal mula nama tengger. Masyarakat Tengger adalah masyarakat keturunan dari Majapahit. Namun demikian sebelum jaman Majapahit di Tengger sendiri sebenarnya sudah ada peradaban namun legenda itu sendiri tetap dipertahankan oleh penduduk sekitar dan dijadikan sebagai suatu pegangan  bahwa legenda Joko Seger dan Roro Anteng karena cerita itu sendiri berasal dari kerajaan Majapahit dan awal mula kata Tengger sendiri berasal dari kedua nama itu dimana Roro Anteng di ambil TENG nya demikian juga dengan Joko Seger di ambil GER nya jadilah Tengger itu sendiri.  
Penduduk sekitar juga menggelar upacara Kasodo guna mengenang legenda tersebut. Kasodo adalah upacara tahunan yang selalu diselenggarakan oleh masyarakat asli Tengger. Upacara ini selalu diadakan setiap bulan Desember atau Januari. Kasodo atau Kasada merupakan upacara ucap syukur yang dilakukan oleh masyarakat Tengger kepada Sang Hyang Widi. Dengan adanya upacara ini, masyarakat sekitar meminta panen yang melimpah dan kesembuhan untuk segala macam penyakit. Di sisi lain, mereka memberikan persembahan kepada dewa yang dilempar ke kawah Gunung Bromo. 

Upacara Kasodo


Menangkap Persembahan
Orang-orang yang memberikan persembahan tersebut harus turun ke tebing dan sekitar kawah untuk menangkap persembahan dari bawah, hal ini adalah simbol dari sebuah berkah dari Yang Mahakuasa. Perebutan persembahan ini pula menjadi daya tarik interaktif, yang menantang dan menakutkan, karena cukup bahaya jika terpeleset dan jatuh ke dalam kawah.

Sumber Video: youtube www.eastjava.com

Tanah kelahiran Suku Tengger merupakan tempat yang sangat subur. Tanahnya yang bercampur dengamaterial Vulkanik Gunung Bromo sehingga sangat cocok untuk bercocok tanam . Tak heran sebagian besar masyarakat Tengger menjadi petani. Mereka menanam  kol , kentang , bawang prei , wortel dan stroberi. Jadi Penduduk sekitar setiap harinya harus ke ladang untuk melihat tanamannya. Mereka pergi bercocok tanam dari pukul tujuh pagi sampai pukul empat sore . Inilah yang menjadi andalan petani sekitar. pada saat musim penghujan sayur mayur sangat subur di daerah Tengger ini. Tak terkecuali juga musim kemarau, Brambang dan Jagung sangat cocok ditanam di ladang mereka.

Banyak penduduk Tengger disaat pasca erupsi Gunung Bromo ini berpikir tentang apa yang seharusnya mereka tanam. Tanaman apa yang cepat panen dan cepat dijual sehingga cepat pula memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Setelah berpikir ternyata bertanam stroberi sangat cocok untuk ditannam setelah erupsi. Setelah selama kurang lebih Satu tahun, Agro stroberi sangat diminati khususnya wisatawan. Wisatawan yang datang selalu saja membeli stroberi yang di hasilkan oleh Agro Stroberi milik penduduk sekitar dan menjadikan hal ini sebagai sumber pemasukan.

Hindu adalah agama mayoritas suku Tengger. Namun Hindu Tengger memiliki perbedaan dengan Hindu yang ada di Bali yaitu budaya dalam beberapa upacara tertentu. Kalau agama Hindu di Bali saat ada orang meninggal akan ada upacara Ngaben (pembakaran mayat secara langsung). Sedangan di Tengger namanya Petra , yang membedakan adalah Simbolisnya yang di bakar bukan mayatnya , tetapi garis besar ajaran Hindunya sama. tidak ada Hindu lama dan Hindu baru.  Selain agama Hindu, masyarakat suku tengger juga terbuka dengan kedatangan agama lain seperti Islam yang diterima dengan penuh toleransi hingga kini. Jadi kehidupan beragama masyarakat Tengger sangat harmonis.

Ladang Petani Tengger
Meskipun sebagian besar masyarakat tengger adalah petani, ada juga yang berprofesi sebagai pedagang kaki lima yang menjajakan makanan disekitar wisata, ada juga yang membuka persewaan mobil jib. Biasanya para wisatawan menyewa jib untuk melihat sunrise dan berkeliling lokasi wisata. Ada pula penjual bunga edelweis (Bunga Keabadian) . Hal ini dikarenakan sektor pariwisata sangat berkembang di daerah tersebut. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru saat ini sebagai salah satu obyek wisata yang terkenal di Jawa Timur. Dari 765 obyek itu kalau dikaitkan dengan Bromo itu memang ada kegiatan budaya yang tidak bisa dipisahkan dari obyek-obyek pariwisata. Karena di Bromo ada kegiatan ritual yang  selalu dilakukan setiap tahun yang disebut Kasodo yang dilakukan penduduk sekitar di Kawah Bromo. Dan bahkan sekarang sudah bekerjasama dengan pemerintah pusat untuk membuat DMO ( Destination Management Operation) dimana penduduk sekitar bisa menyewakan rumah tinggal mereka untuk pendatang yang ingin menginap di kawasa Bromo. Jadi kita tidak hanya selalu menginap di Hotel dikala kita berwisata tetapi bisa menginap di rumah warga .

Penjual Edelwais
Persewaan Jib

Meskipun sebagai salah satu Suku yang masih mempertahankan tradisi sejak lama, Suku Tengger tetap terbuka terhadap dunia luar. Akses seperti pendidikan dan kesehatan banyak dijumpai di kawasan Tengger. Pendidikan di Tengger sendiri juga tidak mengalami kendala. Di pelosok desa juga ada SMP terbuka yang mampu menanggulangi masalah pendidikan. Untuk Kesehatan pun tidak ada masalah dan dimasing-masing Desa sudah terdapat posyandu


Bagi suku tengger Gunung Bromo dipercaya sebagai Gunung suci . Satu tahun sekali setiap bulan ke 10 di penanggalan jawa mereka selalu mengadakan upacara Kasodo sebagai bentuk rasa syukur mereka atas hasil bumi dan rejeki yang melimpah.  Menjaga tradisi dengan menghargai alam adalah salah satu bentuk rasa syukur masyarakat Tengger atas semua yang mereka terima. Maka dari itu wilayah di tengger masih hijau dan banyak pepohonan yang tumbuh disana karena masyarakat tengger berprinsip jika menebang satu pohon maka mereka akan menanam dua kalilipat dari yang di tebang . Ini salah satu bentuk tanggung jawab Suku Tengger. Dengan nilai-nilai tradisi yang dipegang,  dan terus diwariskan, masyarakat Suku Tengger bisa selalu hidup harmonis di lereng gunung Bromo . 

2 Komentar:

rusydi July 16, 2013 at 4:49 AM

mirip kayak di sembalun, lombok. ada tradisi ngayu2 namanya

Unknown July 17, 2013 at 12:15 AM

Mas Rusydi Hikmawan :) , wah iya ya mas?? malah baru tahu saya :) , wah wah asik dong ada tradisi unik gitu :)

Post a Comment